Last Updated on August 18, 2022 by
Aspek scalability sangat penting untuk seluruh pihak yang hendak membuat aplikasi web di zaman saat ini. Namun sebenarnya apakah yang dimaksud dengan scalability itu? Pada artikel ini akan dibahas kiat-kiat untuk membuat aplikasi yang scalable.
Sebelum kita membahasnya lebih dalam, perlu diingat perbedaan antara website dengan aplikasi web karena kali ini kita akan membahas tentang hal yang kedua. Banyak orang yang masih menganggap semua situs yang ada di internet itu adalah website. Padahal ternyata ada website yang hanya berupa website biasa, ada juga website yang merupakan aplikasi web.
Website biasa adalah suatu situs dengan tujuan utamanya untuk memberikan informasi kepada pengunjung, contohnya situs-situs yang menyediakan berita dan artikel seperti appkey.id. Sedangkan aplikasi web (web application) adalah situs yang tidak hanya memberi informasi, namun juga memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi dan melakukan beberapa hal, seperti membuat dokumen, menyimpan file, berbelanja, dan lain-lain.
Hal-hal tersebut yang dulunya dilakukan pada aplikasi atau program khusus, kini dapat diakses melalui peramban web dengan mengunjungi alamat tertentu; penggunanya tidak perlu mengunduh aplikasi khusus untuk dapat menggunakannya. Contohnya adalah Gmail, Google Drive, situs belanja daring (e-commerce) dan masih banyak lagi.
Seiring dengan semakin banyaknya fitur yang dapat digunakan oleh pengunjung serta bertambahnya pengunjung baru setiap hari, pastinya aplikasi harus bersiap untuk menghadapi banyaknya permintaan pengguna yang mengakses fitur yang berbeda-beda.
Banyaknya user yang mengunggah berkas, melakukan transaksi, membuat dokumen atau kegiatan lainnya dapat membuat aplikasi tersebut kewalahan jika tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menangani semua permintaan.
Maka dari itu, aplikasi web harus dibuat scalable atau terukur. Maksudnya, aplikasi web harus dapat menyesuaikan kemampuan jika nantinya harus menangani permintaan dalam jumlah besar.
Ada dua cara untuk memperbesar skala dari web application, yaitu dengan cara menambah perangkat keras (hardware) untuk menjalankan aplikasi (“vertical scaling”), atau bisa juga dengan merancang aplikasi dari segi back-end agar dapat menangani banyak permintaan secara bersamaan (“horizontal scaling”).
Table of Contents
Keuntungan web application yang scalable
- Sistem dapat menangani permintaan yang lebih banyak dari jumlah pengguna yang lebih besar, sehingga Anda pun dapat membawa banyak pelanggan baru.
- Anda dapat menambah fitur dan mengembangkan aplikasi dengan lebih mudah.
- Aplikasi dapat menangani permintaan dari berbagai lokasi di seluruh penjuru dunia.
- Biaya perawatan sistem dapat lebih terkontrol dan hemat dengan perencanaan yang matang.
Faktor yang mempengaruhi web application untuk bisa scalable
- Arsitektur aplikasi yang juga scalable.
- Pilihan framework (kerangka) yang tepat dan mendukung scalability.
- Desain aplikasi perlu mendukung kemampuan scalability, alias dapat mengakomodir tambahan fitur dalam jangka panjang.
- Load testing atau pengujian oleh tim proyek. Pengujian yang dilakukan harus serealistis mungkin.
- Pemilihan perangkat keras (hardware) untuk menjalankan web application.
- Penggunaan API (application programming interface).
Cara membuat aplikasi web yang scalable
1. Kelola ekspektasi dari stakeholder tentang aplikasi web
Sebelum aplikasi dikembangkan lebih lanjut, Anda perlu mengumpulkan data tentang apakah aplikasi Anda perlu di-scaling lebih besar dan juga mendukung kemampuan untuk bisa scalable. Anda juga perlu mendiskusikan rencana pengembangan skala aplikasi Anda kepada para pemangku kepentingan.
Hal yang perlu didiskusikan seperti arah pengembangan selanjutnya, mengapa harus dilakukan pengembangan, serta resiko dari pengembangan, seperti dapat menambah kompleksitas sistem. Tetapkan ekspektasi pada para pemangku kepentingan agar pengembangan aplikasi tidak dilakukan asal-asalan dan memakan banyak waktu.
2. Definisikan tantangan skalabilitas aplikasi
Tentukan apa saja tantangan yang akan dihadapi dalam mengembangkan scalability. Tantangan yang terkait dengan kebutuhan perangkat keras (hardware) seperti penggunaan memori dan CPU saat mengembangkan dan menjalankan aplikasi web dapat diuraikan dengan metrik agar lebih mudah dianalisis.
3. Gunakan alat yang tepat untuk memantau skalabilitas
Untuk memastikan kecukupan perangkat keras dalam skalabilitas aplikasi web, Anda perlu me-monitor penggunaannya. Monitoring performa penting karena memberikan wawasan tentang bagian yang harus ditingkatkan dalam skalabilitas aplikasi.
Jika Anda mengelola infrastruktur sendiri, alat yang tepat adalah Application Performance Monitoring (APM), contohnya adalah New Relic, AppDynamics dan lain-lain. Namun jika Anda menggunakan akun Platform as a Service (PaaS) seperti Amazon Web Service Elastic Beanstalk, IBM Cloud Pass, dan Microsoft Azure PaaS, penyedia layanan Anda biasanya memiliki aplikasi pemantau performanya masing-masing. Pada Heroku, monitoring dilakukan menggunakan add-on dari New Relic.
4. Gunakan infrastruktur yang tepat untuk skalabilitas
Agar skalabilitasnya lebih mudah, disarankan untuk membangun aplikasi web dengan bantuan Platform as a Service (PaaS). PaaS adalah penyedia layanan yang menerapkan komputasi awan (cloud computing) untuk mengelola berbagai aspek seperti infrastruktur, server, jaringan, penyimpanan, sistem operasi, basis data, runtime environment dan kemampuan integrasi dengan layanan lainnya.
Dengan PaaS, Anda hanya perlu menyiapkan koding aplikasi dan data. Penyedia PaaS memiliki Service Level Agreements (SLA) untuk ketersediaan dan keandalan, serta menyediakan auto-scaling atau mampu menyesuaikan kapasitas sesuai banyaknya user.
Dengan PaaS, menambah infrastruktur untuk mengembangkan aplikasi menjadi lebih mudah dengan biaya yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan penggunaan. Contoh penyedia PaaS adalah AWS Elastic Beanstalk, Heroku, Microsoft Azure PaaS dan IBM Cloud PaaS.
5. Pilih arsitektur yang tepat untuk skalabilitas
Masalah di arsitektur akan sangat mempengaruhi skalabilitas, maka dari itu penting untuk memilih arsitektur yang tepat. Ada beberapa pola arsitektur, seperti layered architecture, event-driven architecture, microkernel architecture, microservices architecture dan space-based architecture yang dapat digunakan sesuai pola pemakaian dari para pengguna.
Misalnya, jika aplikasi memiliki beberapa fungsi yang sering digunakan pengguna, namun ada beberapa lainnya yang jarang digunakan, maka dapat menerapkan pola microkernel architecture dimana hanya fungsi-fungsi yang banyak dipakai yang akan dimasukkan dalam aplikasi, sedangkan fungsi lainnya dipisahkan sebagai plug-in.
Contoh lain yaitu jika aplikasi memiliki banyak fitur dengan waktu aksesnya masing-masing (ada waktu tertentu dimana suatu fitur akan sering dan jarang diakses), maka dapat menerapkan pola microservices architecture dimana setiap fitur akan dibangun dalam program-program kecil yang beroperasi secara independen.
6. Pilih database yang tepat
Untuk memilih database yang tepat, terlebih dahulu Anda harus melihat kebutuhan data dari aplikasi. Jika aplikasi Anda menggunakan database relasional (memiliki hubungan dengan data-data lain) maka Anda wajib menggunakan relational database management system (RDBMS) seperti MySQL atau PostgreSQL. Namun jika perlu menyimpan data yang tidak memiliki relasi, gunakan pula NoSQL seperti MongoDB yang memiliki kemampuan skalabilitas tinggi.
Jika web application dibangun dengan PaaS, Anda dapat mengintegrasikan baik database relasional maupun NoSQL dengan bantuan dokumentasi yang telah disediakan oleh masing-masing penyedia PaaS, sehingga proses ini jadi lebih mudah.
7. Pilih framework dengan kemampuan skalabilitas
Yang tak kalah pentingnya adalah penggunaan framework yang memiliki skalabilitas tinggi. Jika Anda menggunakan Java, disarankan menggunakan framework “Spring”. Adapun pilihan framework lainnya seperti Ruby on Rails dan Express JS jika menggunakan Node.js.
Pada beberapa aplikasi web mungkin dibutuhkan skalabilitas dengan ketentuan tertentu, misalnya harus mematuhi peraturan perlindungan data. Jika aplikasi Anda seperti ini, mungkin skalabilitas perlu mendapat perhatian khusus, karena prosesnya bisa lebih kompleks.
Anda mungkin memerlukan komputasi awan yang dijalankan secara privat (private cloud) atau semi-privat (hybrid cloud) seperti AWS Cloud Computing Services, Google Cloud Platform, dan Microsoft Azure Cloud Platform.
Anda juga mungkin memerlukan sumber daya tambahan untuk mengelola proyek dengan mencari bukaan untuk posisi seperti web developer, business analyst, IT architect, tester dan project manager. Ini untuk memastikan agar seluruh proses skalabilitas aplikasi web dapat dilakukan dengan baik.
Sekian artikel kali ini yang membahas scalable web apps. Dengan pesatnya perkembangan dunia web dan pertambahan pengguna internet setiap harinya, tentu aplikasi web yang kita buat harus senantiasa beradaptasi dengan perkembangan yang ada, baik dari segi fitur dan fungsi maupun dari segi skala dan bertambahnya pengguna.
Jadi, sudah siap mengembangkan web app yang scalable? Pembahasan menarik lainnya tentang pengembangan web masih akan kami berikan di kesempatan selanjutnya, jadi jangan sampai ketinggalan artikel terbaru kami di appkey.id!
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.