Last Updated on August 25, 2022 by
Di era yang semua serba cepat, pengembangan perangkat lunak yang dilakukan manual akan menjadi masalah karena pengembangan menjadi lambat. Para DevOps yang sudah mengenal Jenkins akan sangat terbantu dengan keberadaannya. Banyak kelebihan-kelebihan yang dimiliki dalam membantu pekerjaan DevOps seperti membangun, menguji, dan men-deploy perangkat lunak.
Menggunakan Jenkins akan mempercepat dan mengefektifkan proses pengembangan. Tidak heran salah satu automation server ini menjadi populer untuk semua orang mulai dari programmer Java hingga programmer Python. Sifatnya yang open source dan gratis juga menjadi nilai tambah untuk para pengembang, sehingga Jenkins dapat menjadi pilihan jika ingin mengmbangkan aplikasi.
Jenkins awalnya bernama proyek Hudson, lalu terjadi sengketa antara Hudson dengan perusahaan besar Oracle. Oracle mengambill kendali atas Hudson open source dan merek dagangnya juga dipegang oleh mereka. Lalu, pengembang inti dari Hudson membuat proyek baru yang bernama Jenkins dari souce code Hudson.
Jenkins hanya platform automation server. Jadi, di Jenkins sendiri tersedia banyak fitur dalam bentuk plugin. Tidak heran, plugin Jenkins jumlahnya hingga 2000 yang siap membantu para pengembang dalam otomatisasi pengembangan proyek mereka, mulai dari otomatisasi pengiriman berkelanjutan, transfer file dari proyek satu ke proyek lainnyya, menampilkan proyek Jenkins di JIRA dan masih banyak lagi.
Table of Contents
Jenis-jenis Plugin yang Bermanfaat untuk Project DevOps
Saking banyaknya plugin-plugin ini, tentunya sebagai DevOps kebingungan dalam memilih plugin yang cocok untuk digunakan. Apalagi plugin tersebut memecahkan masalah yang berbeda-beda. Karena itulah artikel ini dibuat untuk memberikan rekomendasi plugin Jenkins terbaik yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Apa saja plugin-plugin tersebut? Simak sampai habis, ya!
1. Plugin Kubernetes
Setiap masalah pastinya ada solusi. Plugin Kubernetes membantu dalam mengotomatisasi proses penskalaan dalam menjalankan Jenkins. Apakah ini perlu? Jika tim pengembang menjalankan berbagai proyek dalam waktu yang sama, Jenkins tidak optimal karena tidak menawarkan skalabilitas yang bagus. Jadi, plugin ini patut Anda coba jika menghadapi masalah yang sama.
Cara lain bisa dilakukan jika misalnya pengembang menggunakan Docker Swarm. Di Jenkins dapat menggunakan plugin Self-Organizing Swarm Modules yang memungkinkan untuk menambahkan skalabitias dengan cara yang sama.
2. Plugin Jenkins Maven
Layout pembangunan proyek standar yang dimiliki Maven banyak disukai oleh para pengembang karena sederhana dan kemudahan dalam menggunakannya. Maven sendiri merupakan tools manajemen pembangunan proyek yang menggunakan bahasa pemrograman Java. Plugin ini sendiri membantu dalam membangun proyek yang berbasis Maven.
3. Plugin Build Pipeline
Integrasi berkelanjutan atau continuous integration (CI) merupakan cara yang sangat cocok dalam pengembangan proyek yang tentunya membawa sejumlah tantangan juga. Apalagi ketika berhadapan dengan proyek kompleks yang berlayer-layer akan sangat menantang ketika melacak semua aspek kemajuan dari tugasnya.
Satu dari banyak plugin Jenkins ini bisa menjadi pilihan. Seperti namanya, plugin ini memungkinkan manajer poryek untuk membuat rantai pekerjaan yang saling terhubung sehingga dapat melihat gambaran semua tahapan dari sebuah pipeline proyek. Tidak hanya itu, manajer proyek juga memungkinkan untuk mengambil keputusan kira-kira langkah mana saja yang dapat diotomatisasi atau secara manual.
Dapat dikatakan bahwa dengan plugin ini pengembang dapat memegang kontrol secara penuh proyek mereka, sehingga tidak heran banyak dari pengembang yang menggunakan plugin ini dari ribuan plugin yang tersedia.
4. Plugin SCM Sync Configuration
Dalam pengembangan, tidak luput dari yang namanya pencadangan. File, data, kode, atau proyek yang tidak dicadangkan tentunya akan menjadi masalah yang rumit ketika hal itu hilang, terutama proyek besar dan kompleks. Setiap pengembang setidaknya harus memiliki tools untuk melakukan pencadangan.
Plugin ini merupakan salah satu tools pencadangan yang patut ada untuk pengembang. Plugin SCM Sync Configuration difungsikan untuk mencadangkan file konfigurasi secara otomatis ke repositori Source Code Management (SCM). Selain untuk fungsi tersebut, plugin ini juga akan melacak perubahan apapun sehingga manajer dapat melihat gambaran secara jelas tentang perubahan yang dilakukan. Sangat worth it dan patut dicoba, nih!
5. Plugin JIRA
Sudah tahu apa itu JIRA? JIRA merupakan tools software development yang digunakan untuk merencanakan, melacak issue dan membantu dalam proyek manajemen. Plugin yang patut digunakan ini mengintegratiskan Jenkins dengan JIRA. Plugin ini membantu dalam mempersingkat proses pengembangan.
6. Plugin Job DSL
Pengembang yang menggunakan Jenkins dalam mengerjakan banyak tugas akan mengalami masalah seperti mengkonfigurasi setiap tugas baru yang mereka mulai secara berulang kali. Hal ini sangat membuang waktu dan membuat tugas ini terasa lebih itu-itu saja atau monoton.
Plugin yang cocok untuk membantu hal ini para DevOps adalah plugin Job DSL. DSL singkatan dari Domain Specific Language memungkinkan para programmer menggunakan Groovy untuk mendefinisikan tugas mengkonfigurasikan satu set item yang nantinya akan di-maintenance dan di-update informasi tugasnya secara otomatis. Selain itu, programmer juga dapat membuat template standar agar pengaturan proyek baru nanti dapat dibuat secara mudah menggunakan DSL ini.
7. Plugin GiHub/Gitlab Pull Request Builder
Siapa yang tidak kenal GitHub/Gitlab? Plugin ini sangat populer untuk Jenkins dalam membantu pengembang mengotomatisi code review secara mudah. Nah, plugin ini akan mengambil sumbernya dan membangun hasilnya ketika melakukan pull request. Para pengembang akan dengan cepat dalam mengases hasil testingnya untuk mengecek kode yang dibuat sudah benar atau belum.
Di samping itu, plugin ini memungkinkan para pengembang melakukan penggabungan kode dengan syarat kodenya telah lolos review, sehingga para pengembang dapat menginformasikan status pembangunan proyek yang tepat kepada manajer atau klien.
Sangat cocok jika menggunakan plugin ini untuk setiap langkah pembangunan karena dapat dengan cepat mengidentifikasi masalah fungsionalitas ataupun perbedaan yang memang perlu diidentifikasi sedini mungkin.
8. Job Generator Plugin
Plugin Job Generator memungkinkan para manajer proyek (PM) yang memiliki tanggung jawab dalam pipeline Jenkins untuk menugaskan pengembang untuk membuat template tugas baru yang kemudian dapat digunakan untuk memulai proyek/cabang pengembangan baru.
Untuk para manajer proyek dan tim pengembang yang terlibat dalam pengembangan proyek berskala besar memantau progress tugas dapat menjadi mimpi buruk. Maka, plugin ini bisa menjadi solusi. Selain itu, jika programmer kurang familiar dengan bahasa pemrograman Groovy, tenang saja karena programmer tidak perlu untuk mengetahui bahasa tersebut pada plugin ini.
9. Plugin Perfomance
Plugin selanjutnya yang tidak boleh dilewatkan adalah plugin performance. Salah satu plugin Jenkins ini memungkinkan para pengembang untuk meng-capture laporan dari testing tools yang populer mencakup Junit, JMeter, Lago Twitter, dan Taurus. Informasi terkait kinerja proyek dapat dilihat melalui grafik pada plugin ini.
Itulah 9 plugin Jenkins terbaik yang patut dicoba oleh para DevOps. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda sehingga disesuaikan dengan kubutuhan. Menggunakan plugin yang tepat akan memberikan manfaat untuk para pengembang seperti fungsionalitas, efektif waktu, dan efisien. Jika ingin menambah informasi seputar pemrograman lebih banyak, silakan dicek web kami di https://appkey.id/ ya!
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.