Last Updated on December 5, 2022 by
Seiring dengan semakin gencarnya transformasi digital di banyak bidang kehidupan, tentunya para penyedia layanan akan memerlukan lebih banyak lagi sumber daya untuk mengoperasikan keseluruhan layanan. Seringkali mereka akan mencari solusi paling ekonomis untuk meningkatkan performa layanan mereka sambil meningkatkan keuntungan. Salah satu solusi yang paling sering dipilih adalah menjalankan aplikasi di atas infrastruktur cloud yang disediakan oleh para penyedia layanan komputasi awan terkemuka, seperti Amazon, Microsoft, atau Oracle. Bagi yang belum tahu tentang komputasi awan atau cloud computing, kami sudah membahasnya di artikel sebelumnya (BACA JUGA: Cloud Server Adalah? Pengertian dan Fungsinya | APPKEY). Nah, aplikasi yang dijalankan “di atas awan” itu disebut native cloud. Penasaran ingin tahu lebih lanjut? Yuk, disimak artikel kami kali ini!
Table of Contents
Native Cloud adalah
Istilah Native Cloud atau Cloud Native mengacu pada konsep pengembangan aplikasi yang memanfaatkan komputasi awan sehingga meningkatkan skalabilitas dan kemampuannya. Pada native cloud, aplikasi dijalankan dengan bantuan tenaga dari penyedia layanan cloud sehingga dapat memanfaatkan sifat-sifat yang dimiliki cloud, seperti skalabilitas, fleksibilitas, dan ketahanan.
Perusahaan-perusahaan yang turut dalam pengembangan Native Cloud telah membentuk suatu organisasi khusus bernama Cloud Native Computing Foundation (CNCF). CNCF mendefinisikan Cloud Native sebagai teknologi yang memberikan bantuan kepada para perusahaan untuk membangun dan menjalankan aplikasi yang dapat disesuaikan skalanya (scalable) di lingkungan yang modern dan dinamis, seperti cloud yang bersifat publik, pribadi, dan hibrid. Hal ini dibantu dengan service mesh, microservice, infrastruktur yang tetap (immutable) serta API yang deklaratif. Fasilitas-fasilitas tersebut membuat sistem dapat dikelola dan dikembangkan dengan lebih mudah serta lebih rutin. Selain itu, sistem juga akan mendapat manfaat berupa kemampuan lebih baik dalam menangani aktivitas yang lebih besar.
Keadaan dunia pengembangan aplikasi saat ini menuntut inovasi yang terus berjalan serta tingkat ketanggapan terhadap respon yang lebih cepat, sehingga bisnis perlu sistem yang lebih strategis dan fleksibel. Cloud native cocok diterapkan karena dapat menggerakkan semuanya dengan cepat.
Layanan cloud native menjadi tumpuan bagi pengembangan aplikasi modern dengan menggunakan teknologi seperti Kubernetes, Docker, fungsi serverless, dan API. Penyedia layanan cloud terkemuka juga turut menyediakan layanan dan alat-alat yang relevan sehingga developer dapat lebih fokus membuat aplikasi.
Manfaat aplikasi native cloud
Native Cloud Applications (NCA) adalah program-program yang didesain dengan arsitektur cloud computing. Ada beberapa manfaat dari penerapan NCA ini, di antaranya:
- Independen: arsitektur cloudmemungkinkan kumpulan aplikasi cloud native untuk dikembangkan secara independen. Ini juga berarti Anda dapat mengelola dan men-deploy aplikasi-aplikasi tersebut secara tersendiri.
- Resilien: sebuah aplikasi native cloud yang didesain dengan baik mampu bertahan dan tetap online bahkan di saat ada kerusakan infrastruktur.
- Berbasis standar: agar aplikasi dapat beroperasi di banyak tempat, layanan native cloud biasanya didasarkan dari standar bersifat open-source. Hal ini mengurangi ketergantungan terhadap suatu vendortertentu dan membuat aplikasi mudah dijalankan di mana saja.
- Business agility: aplikasi cloud native membuat sistem penyebaran ke jaringan menjadi lebih fleksibel. Aplikasi cloud native juga lebih kecil dari aplikasi tradisional.
- Otomasi: aplikasi cloud native yang menggunakan otomasi DevOps memungkinkan fitur-fitur baru pada softwarediantar ke pengguna secara rutin dan terus menerus
- No downtime: container orchestratorsseperti Kubernetes membuat pengembangan terbaru dari aplikasi dapat langsung sampai ke pengguna tanpa mengganggu kelancaran aplikasi tersebut.
Aplikasi native cloud terdiri dari apa saja?
Ada beberapa faktor penting yang diperlukan agar aplikasi native cloud dapat berjalan dengan cepat dan aman.
Aplikasi atau layanan yang dibuat secara khusus untuk berjalan dalam cloud perlu memiliki arsitekturnya sendiri. Arsitektur cloud native dikatakan berhasil apabila memiliki dukungan untuk cloud generasi selanjutnya, mudah dirawat, efisien biaya, serta dapat menyelesaikan masalah sendiri. Jika dibandingkan sistem konvensional, arsitektur native cloud memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi, tanpa mengandalkan server fisik. Di sinilah microservices dan serverless functions berperan penting.
1. Microservices
Microservices adalah bagian dari arsitektur aplikasi cloud native yang berperan mengatur sebuah aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang memiliki fungsi, data, dependensi, platform pemrograman, dan juga proses masing-masing. Microservices pada cloud native berkomunikasi satu sama lain menggunakan API (application programming interface). Penerapan microservices memberi kesempatan untuk setiap layanan berkembang secara independen. Ini berarti Anda dapat mengirim fitur-fitur baru ke pengguna dan juga menyesuaikan skala dari layanan-layanan tertentu yang membutuhkan kapasitas ekstra, semuanya tanpa perlu mengganggu jalannya keseluruhan sistem.
2. Container
Aplikasi cloud native adalah layanan yang independen, dikemas dalam sebuah container yang bersifat ringan dan dapat disesuaikan skalanya secara cepat dan sesuai kebutuhan. Dengan mengenkapsulasi keseluruhan aplikasi pada container (seperti Docker), aplikasi dan dependency yang dibutuhkan akan dipisahkan dari infrastruktur di baliknya. Hal ini memungkinkan Anda untuk menjalankan dan menyebarkan aplikasi tersebut di seluruh lingkungan yang memiliki alat container runtime.
Aplikasi cloud native biasanya didistribusikan melalui saluran DevOps, dimana continuous integration & continuous delivery (CI/CD) akan dimasukkan secara otomatis sehingga Anda dapat membangun, menguji dan men-deploy aplikasi cloud native secara otomatis. Container memungkinkan portabilitas aplikasi agar dapat dijalankan di mana saja tanpa perlu repot-repot melakukan konfigurasi, menjamin konsistensi antar lingkungan tempat ia dijalankan, serta membuat ukuran aplikasi lebih kecil sehingga microservice yang dapat dimuat bisa lebih banyak.
Saat mengoperasikan aplikasi pada sistem yang memiliki banyak container yang berjalan secara independen, tiap container perlu dikelola dengan perangkat lunak khusus bernama container orchestrator.
3. Serverless function
Serverless function adalah arsitektur yang mengizinkan Anda menulis kode pada platform yang memiliki layanan fungsi (function as a service – FaaS) menggunakan arsitektur yang digerakkan oleh event serta beragam model backend as a service (BaaS). Dengan platform FaaS, aplikasi akan dipecah menjadi kode-kode berukuran kecil (nanoservices) yang akan dijalankan hanya saat dibutuhkan. Penerapan ini menghemat biaya karena pada akhirnya Anda hanya membayar sesuai dengan resource yang dipakai saat menjalankan layanan tersebut.
4. Backing services
Aplikasi native cloud akan bergantung dengan beberapa resource tambahan agar semua fitur dapat berjalan dengan lancar, seperti penyimpanan data, layanan pesan, layanan identitas, monitoring dan masih banyak lagi, yang disebut juga backing services atau layanan yang berjalan di balik layar. Banyak penyedia layanan cloud yang memiliki backing service yang dikelola oleh penyedia cloud itu sendiri, sehingga pengguna dapat memanfaatkan layanan tersebut tanpa perlu mengurus performa, keamanan dan hal-hal di balik layar lainnya.
5. Automation
Selain menggunakan microservices, container, dan berbagai rancangan modern lainnya, sistem cloud native juga menggunakan otomasi dengan praktek Infrastructure as Code (IaC). Dengan IaC, pekerjaan seperti pengujian, penyediaan, serta penyebaran aplikasi dilakukan secara otomatis. Ini yang nantinya membuat infrastruktur sistem Anda menjadi konsisten dan dapat digunakan berulang-ulang.
Penutup
Itulah pembahasan dari kami tentang aplikasi Native Cloud. Teknologi cloud computing terbukti menjadi pilihan yang tepat untuk mengembangkan berbagai layanan karena lebih hemat biaya jika dibandingkan dengan harus membuat data center sendiri, mampu menangani banyak permintaan dalam satu waktu bahkan dari belahan dunia lain, keamanan dan ketahanan yang terjamin, dan masih banyak lagi keuntungan lainnya. Jadi, apa lagi yang Anda tunggu untuk mengembangkan aplikasi sampai ke awan?
Sambil mengembangkan aplikasi atau website, yuk ikuti terus APPKEY.id agar tidak ketinggalan informasi terbaru dari kami!
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.