Last Updated on February 11, 2022 by
Sudahkah sistem keamanan e commerce Anda diperbaharui? Pasalnya, di tahun ini ada 10 kejahatan online (cyber crime) jenis terbaru yang bisa menyerang e-commerce Anda kapan saja!
Menjaga keamanan e commerce adalah hal penting yang tidak boleh Anda lewatkan dalam berbisnis. Dengan selalu menjaga keamanan e commerce, bisnis online Anda akan terhindar dari beragam masalah serius. Contohnya seperti kebocoran data privasi pengguna, hancurnya reputasi usaha, dan kerugian finansial.
Faktanya, e-commerce adalah sasaran empuk bagi para hacker untuk berbuat usil. Ini dikarenakan e-commerce adalah tempat terjadinya transaksi jual beli terbesar yang menampung banyak data penting seperti nomor rekening, informasi kartu kredit, KTP dan lain-lain. Hacker-hacker bisa meretas e-commerce Anda untuk mendapatkan data-data tersebut dan menyalahgunakannya.
Sebelum hal tersebut terjadi, Anda wajib mengetahui strategi e-commerce untuk mengatasi berbagai contoh kejahatan cyber crime di tahun ini! Dengan mengenali apa saja ancaman keamanan e commerce tersebut, diharapkan Anda akan lebih mudah menyiapkan strategi perlindungan terbaik.
Tidak perlu cemas, karena artikel kali ini akan mengupas 10 contoh kejahatan cyber crime 2021 lengkap dengan solusi untuk mencegahnya. Tanpa berlama-lama lagi, mari kita simak pembahasannya berikut ini!
Table of Contents
10 Contoh Kejahatan Cyber Crime Terbaru
Ancaman keamanan e commerce meningkat cukup drastis di tahun ini, mengikuti pesatnya perkembangan industri bisnis online yang satu ini. Oleh sebab itu, Anda wajib merencanakan beragam strategi e-commerce untuk melindungi platform bisnis dari berbagai jenis serangan hacker.
Berikut ini adalah 10 contoh kejahatan cyber crime terbaru yang harus diwaspadai:
1. Bad Bots (Bots Hacker)
Ancaman hack e-commerce pertama datang dari bad bots alias bot-bot milik hacker. Bot adalah teknologi robot online yang memang bisa dimanfaatkan dalam bisnis e-commerce. Cukup banyak e-commerce ternama memanfaatkan bot online dalam pelayanan konsumen. Mereka ditugaskan untuk membalas pertanyaan, komplain dan saran pembeli secara otomatis.
Namun bad bots adalah bot yang merugikan e-commerce karena bisa melakukan banyak hal yang merugikan. Contohnya adalah mencuri informasi personal seperti kartu kredit, meretas akun konsumen dan menawarkan produk palsu dengan harga yang jauh lebih rendah ke calon pembeli.
Anda wajib mewaspadai penggunaan bad bots ini di tahun ini. Menurut studi dari institusi “Imperva”, jumlah penggunaan bat bots di tahun ini meningkat hingga menyentuh angka 25%. Dengan kata lain, ada 1 dari 4 website e-commerce yang terpapar oleh bad bots.
2. Cart Sabotage (Sabotase Keranjang E-Commerce)
Berikutnya adalah serangan sabotase keranjang e-commerce yang merugikan pembeli dan konsumen. Dalam serangan ini, hacker sengaja memanipulasi keterangan produk di laman e-commerce hingga tertulis “stok produk habis”. Padahal, stok produk tersebut masih utuh dan belum terjual sama sekali.
Para hacker melancarkan aksi sabotase keranjang ini dengan cara menyimpan produk dari penjual ke keranjang secara besar-besaran. Alhasil, produk tersebut tidak bisa dibeli oleh konsumen asli karena stok produk yang tertera adalah “habis”.
Sedangkan dari sisi penjual, sistem e-commerce mengidentifikasi produk yang dimasukkan ke keranjang tersebut sebagai “pembelian”. Jadi, penjual pun cenderung tidak sadar bahwa produk yang dijual sebenarnya sedang disabotase.
Untuk memuluskan aksi jahat ini, hacker akan menggunakan IP address berbeda-beda atau bot e-commerce untuk menyimpan produk secara otomatis ke keranjang mereka.
3. DDoS (Distributed Denial of Service)
Aksi DDoS mungkin sudah bukan hal baru dalam dunia keamanan online. Meskipun bukan jenis serangan online baru, DDoS masih merupakan kejahatan online yang berbahaya dan patut diwaspadai.
DDoS adalah serangan yang menargetkan semua jenis website, termasuk website e-commerce. Dalam serangan ini, hacker bisa membanjiri server website Anda dengan banyak request palsu. Request ini datang dari bot serta alamat IP yang tak bisa dideteksi.
Akibatnya, server website Anda bisa down dan sulit dikembalikan seperti semula. Jika sudah begini, website e-commerce Anda tidak bisa lagi beroperasi melayani transaksi. Merugikan, bukan?
4. E-Skimming (Electronic Skimming)
E-skimming adalah kejahatan online berupa penipuan kartu kredit. Hacker bisa mengeksploitasi sistem keamanan e-commerce dan menginstal software berbahaya ke halaman pembayaran (check-out) e-commerce tersebut.
Begitu software e-skimming terpasang, hacker bisa mendapat akses real-time dan mengetahui data-data penting konsumen e-commerce. Seperti password akun, informasi kartu kredit, pin ATM, dan data-data pribadi lainnya.
Trik e-skimming berkembang dan bertambah jumlahnya di masyarakat pada tahun ini. Berkat sistem belanja online yang semakin praktis, para hacker memiliki celah yang lebih besar untuk melakukan kejahatan ini.
5. Man in the Middle (MITM)
Kejahatan Man in the Middle (MITM) adalah aksi hacker yang sengaja memosisikan dirinya di antara penjual e-commerce dan konsumen asli (di tengah-tengah). Nantinya selama berada di posisi tersebut, hacker bisa dengan leluasa melihat pertukaran data penting selama transaksi terjadi. Hacker dapat dengan mudah juga merekam nomor pin kartu kredit, e-wallet, maupun password akun konsumen.
Aksi Man in the Middle ini sangat sering dilakukan ketika seorang konsumen menggunakan akses Wi-Fi publik gratis. Ketika Anda memakai koneksi Wi-Fi publik, seorang hacker bisa dengan mudah menyusup dan merekam semua data aktivitas transaksi Anda.
Cara lainnya, seorang hacker dengan sengaja memberikan akses Wi-Fi gratis untuk masyarakat demi mendapatkan data-data penting mereka. Lebih baik gunakan hotspot pribadi atau koneksi milik sendiri saat mengakses aplikasi dan website penting, ya!
6. Phishing Attacks
Pernahkah Anda mendengar istilah phishing sebelumnya? Phishing adalah salah satu ancaman e-commerce yang paling populer lainnya, walaupun awal kemunculannya sudah lumayan lama.
Phishing adalah upaya untuk mendapatkan data-data sensitif (seperti informasi kartu kredit) atau mengacaukan sebuah bisnis online menggunakan malware dan ransomware. Begitu malware terpasang, tampilan e-commerce akan berubah. Alhasil, hacker bisa dengan mudah menipu konsumen e-commerce untuk memasukkan informasi penting kartu kredit.
Phishing seringkali menyerang website-website e-commerce yang bersifat baru atau berskala kecil-menengah. Ini dikarenakan serangan phising sangat mudah masuk menyerang website e-commerce yang belum memakai sistem keamanan kuat. Banyak juga website e-commerce terserang phishing karena admin pengelola web tidak tahu sama sekali terkait serangan yang satu ini.
7. Ransomware
Seperti yang disinggung sedikit pada poin sebelumnya, ransomware adalah salah satu alat untuk melaksanakan kejahatan online seperti phishing.
Namun serangan ransomware yang paling populer adalah aksi “mengunci” sistem komputer, aplikasi maupun sistem website Anda sehingga tidak bisa digunakan sama sekali. Semisal Anda mengunduh sebuah file yang ternyata berisi ransomware di dalamnya. Begitu Anda membuka file tersebut, secara otomatis ransomware akan menyebar dan mengambil kendali atas perangkat Anda sepenuhnya.
Uniknya, para hacker akan menyediakan pesan berisi alamat e-mail atau nomor telepon untuk dihubungi. Tapi ia akan meminta bayaran besar sebagai imbalan untuk “membuka kunci” pada sistem komputer Anda.
Di sinilah para korban dijebak. Kebanyakan korban ransomware akan memilih untuk langsung mentransfer uang tanpa pikir panjang. Namun tentu saja, hacker tersebut hanya akan mengambil uang Anda tanpa sungguh-sungguh mau memulihkan komputer, app atau web Anda.
8. Malware
Sepintas, malware tampak mirip dengan ransomware dari segi nama. Malware adalah singkatan dari malicious software alias software berbahaya. Ketika diaktifkan, malware bisa menyerang menembus sistem keamanan website e-commerce Anda.
Ada banyak contoh malware yang mungkin sudah Anda kenal. Misalnya virus komputer, Trojan horse, worm komputer dan adware atau iklan spam. Seringkali sebuah malware menyerang web e-commerce yang tidak pernah mengupdate tema atau plugin webnya dan memiliki banyak celah rawan.
9. Brute Force Attacks
Kebiasaan pengguna e-commerce yang malas mengganti password akunnya bisa menjadi celah serangan brute force. Masih banyak masyarakat yang malas mengganti password akun-akun onlinenya. Lebih parah lagi, tak sedikit orang menggunakan 1 password yang sama untuk banyak akun sekaligus.
Brute force adalah serangan online di mana hacker berusaha untuk login ke akun Anda dengan cara menebak-nebak password. Hacker bisa membuat banyak kombinasi password untuk dipakai login ke akun Anda.
Sistem e-commerce memang memperbolehkan penggunanya untuk membuat sendiri username dan password akun. Sayangnya, sejumlah e-commerce tidak memantau kekuatan dari password yang digunakan user atau menerapkan sistem verifikasi dua langkah. Alhasil, serangan brute force pun dapat terjadi kapan saja.
10. Email Spam
E-mail memang salah satu komponen penting dalam bisnis e-commerce. Namun Anda tetap perlu waspada, sebab e-mail yang diterima bisa jadi merupakan e-mail spam.
E-mail spam adalah pesan elektronik berbahaya yang dikirimkan kontak tak dikenal. Jika dibuka, Anda akan menemukan konten promosi palsu, link berbahaya (malware), atau virus yang bisa langsung menyebar menyerang sistem e-mail e-commerce Anda.
Namun kecanggihan teknologi di tahun ini tidak hanya memungkinkan e-mail spam untuk muncul di inbox e-mail saja. Anda juga bisa mendapat spam link berbahaya di kolom komentar produk atau chatroom e-commerce. Apabila link tersebut Anda tekan, dalam sekejap Anda akan langsung menjadi korban serangan hack seperti akun diretas.
Strategi E-commerce untuk Meningkatkan Keamanan Bisnis dari Hacker
Nah, Anda sudah melihat 10 aksi kejahatan yang berpotensi menyerang website e-commerce Anda di tahun ini. Mengenali bentuk-bentuk serangan hacker baru langkah pertama dalam upaya meningkatkan keamanan bisnis e-commerce Anda. Sekarang, tiba waktunya untuk melihat berbagai strategi e-commerce untuk melindungi diri dari ancaman hacker.
Memonitor Segala Aktivitas E-Commerce
Cara termudah untuk mendeteksi adanya serangan di website e-commerce Anda adalah dengan memonitor segala aktivitas di e-commerce. Perhatikan apakah ada upaya login gagal berkali-kali yang mencurigakan. Bisa jadi, itu adalah upaya hacker dalam melakukan brute force.
Selain itu, Anda juga wajib mengamati laju dan aktivitas traffic e-commerce. Perhatikan apakah ada sumber-sumber traffic yang mencurigakan. Bisa jadi itu adalah awal dari serangan DDoS. Jika Anda menemukan akses yang mencurigakan atau IP tak terdeteksi, jangan ragu untuk segera memblokir IP tersebut.
Mengamankan Admin Panel dan Server
Langkah selanjutnya adalah mengamankan admin panel dan server e-commerce Anda. Gunakan beragam tipe password yang rumit dan sering menggantinya secara berkala. Anda juga bisa mengaktifkan fitur notifikasi dari panel ketika ada alamat IP asing yang mencoba untuk login ke server.
Edukasi Tim Admin Anda
Salah satu penyebab terjadinya kejahatan phishing, malware dan spam adalah karena kelalaian pengguna saat menemukan link asing. Orang-orang justru merasa penasaran dengan link yang diberikan dan mengkliknya tanpa berpikir panjang. Alhasil, e-commerce Anda terkena phishing, malware dan spam dengan begitu mudah.
Sebisa mungkin luangkan waktu untuk mengedukasi tim kerja e-commerce Anda terkait kejahatan hacker dan cara-cara untuk mencegahnya. Selalu ingatkan karyawan Anda untuk tidak sembarangan mendownload file, mengklik link atau mengakses website, dan juga berhati-hati saat memakai Wi-Fi publik.
Rajin Mengupdate Software
Jangan lupa untuk rajin-rajin mengupdate software e-commerce Anda. Mengupdate software secara berkala bermanfaat untuk meningkatkan kecanggihan dan sistem proteksi website atau aplikasi e-commerce.
Dengan demikian, hacker akan susah menembus pertahanan e-commerce Anda sebab toko online tersebut sudah dilindungi dengan sistem keamanan terbaru.
Pastikan Protokol HTTPs dan Sertifikat SSL Aktif
Tips selanjutnya adalah memastikan protokol HTTPs dan sertifikat SSL website Anda selalu aktif. Kedua elemen ini bisa melindungi data-data sensitif dari pengguna e-commerce sekaligus mendongkrak posisi e-commerce Anda di halaman pertama Google.
Dengan adanya perlindungan HTTPs dan SSL, Anda tidak perlu was-was ada hacker yang bisa “menyelinap” di antara sisi Anda dan konsumen. HTTPs dan SSL bisa melindungi proses transfer data penting semisal input pin dan password.
Memanfaatkan Sistem Pembayaran Ketiga
Cara terakhir adalah menggunakan layanan sistem pembayaran ketiga seperti e-wallet dan PayPal. Dengan adanya e-wallet khusus, konsumen tidak perlu menyimpan informasi data kartu kredit di e-commerce.
Demikianlah pembahasan artikel edisi kali ini seputar keamanan e-commerce. Ingatlah untuk selalu waspada saat berbisnis agar Anda tidak menjadi korban hack berikutnya. Terima kasih sudah membaca sampai di sini, sampai jumpa di artikel lainnya dari kami!
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.