Last Updated on February 25, 2022 by
Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata ‘black box’? Sebagian orang mungkin akan langsung teringan dengan kotak hitam khas milik pesawat terbang. Namun selain black box pesawat, dunia programming juga mempunyai black box-nya sendiri, lho!
Kita sudah melihat apa itu White Box Testing pada artikel sebelumnya dari Appkey.id (baca: https://appkey.id/pembuatan-website/maintenance/white-box-testing-adalah/). Kali ini kita akan meninjau pengertian black box testing dan contoh black box testing.
Anda juga wajib untuk mengetahui seperti apa cara kerja black box testing agar bisa menjalankan tes aplikasi buatan sendiri secara lengkap.
Yuk langsung saja kita mulai pembahasan seputar black box testing pada artikel berikut ini. Selamat membaca!
Table of Contents
Pengertian Black Box Testing : Ujian Kedua setelah White Box Testing
Pengujian software wajib hukumnya untuk dilakukan kapapun Anda membuat sebuah aplikasi. Pengujian aplikasi adalah hal yang penting dalam dunia developer, sebab pada tahap inilah Anda mengetahui betul jika aplikasi mempunyai bugs atau error yang perlu diperbaiki sebelum aplikasi disebarluaskan ke end user.
Proses pengujian aplikasi terbagi menjadi dua tahapan yakni white box testing dan black box testing. White box testing adalah proses menguji rangkaian software / internal aplikasi, sementara black box testing adalah kegiatan menguji sisi luar aplikasi.
Black box testing adalah aktivitas yang juga sama pentingnya seperti white box testing. Sebagian developer juga mengenal black box testing adalah behavioral testing. Penamaan ‘behavioral’ ini disesuaikan dengan tujuan black box testing itu sendiri yakni menguji kegunaan dan fungsionalitas aplikasi.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara white box dan black box testing. Jika white box testing menguji source code secara keseluruhan, maka black box testing adalah proses uji yang terfokus pada fitur, kebutuhan, tampilan dan spesifikasi aplikasi sesuai request klien. Namun tujuan dari pengujian black box testing masih sama degan white box yakni untuk menemukan bug dan error pada sisi luar aplikasi.
Ada banyak sekali contoh black box testing karena sistem pengujian aplikasi yang satu ini digunakan hampir semua aplikasi yang kita kenal sehari-hari. Salah satu contoh black box testing adalah uji input dan output pada aplikasi. Penguji mengetes apakah input yang dimasukkan oleh user akan menghasilkan output yang sesuai. Jika semua sudah diuji dan tidak ditemukan kendala, maka aplikasi sudah dapat dirilis secara resmi.
Untuk mengetahui lebih banyak contoh black box testing, Anda bisa melanjutkan scroll ke poin berikutnya seputar jenis-jenis black box testing.
Jenis-Jenis Uji Black Box Testing
Apa saja yang menjadi poin-poin penting dalam pengujian black box testing? Black box testing menguji hal-hal dalam tampilan antarmuka (user interface) yang sering digunakan oleh end user, seperti tampilan menu, kesesuaian fitur, tombol-tombol fitur, serta output dan input pada aplikasi.
Sekali lagi, uji black box testing tidak melihat bagian source code aplikasi. Semua prosesnya berlangsung seperti saat Anda menilai sebuah produk dari luar bungkusnya saja, tidak melihat ke bagian dalam isinya.
Meski sekilas tampak seperti uji biasa, sesungguhnya ada beberapa jenis black box testing yang bisa Anda lakukan. Jenis-jenis black box testing adalah sebagai berikut:
Non-Functional Testing
Tipe pertama black box testing adalah non functional testing. Di sini terjadi pengujian aspek-aspek tambahan yang bersifat non-fungsional dari aplikasi. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana aplikasi merampungkan tugas yang diberikan user.
Contohnya adalah menguji aplikasi bisa berjalan dan menyesuaikan tampilannya sendiri saat dibuka pada beragam hardware dengan ukuran layar berbeda-beda. Jika aplikasi bisa berjalan lancar dan tampil penuh pada laptop namun terjadi error ketika dibuka di smartphone, maka sudah jelas terjadi error pada sistem.
Functional Testing
Selanjutnya adalah functional testing. Kali ini, fokus pengujian black box testing adalah fitur-fitur dan fungsi spesifik, vital dan utama dari aplikasi. Tujuannya sudah tentu untuk memastikan aplikasi bisa menghasilkan output yang sesuai dengan input dari user.
Sehingga, terkadang uji functional testing ini dapat dilakukan pada sistem kerja aplikasi secara keseluruhan. Contoh pengecekan functional testing seperti uji coba login dengan password, user name, dan email. Jika tidak terdapat masalah, maka aplikasi sudah berfungsi dengan baik.
Regression Testing
Tipe terakhir black box testing adalah regression testing yang mengetes jika aplikasi mengalami regresi (kemunduran) ketika diupdate atau tidak. Di sini kedua aspek fungsional dan non-fungsional harus dicek oleh developer dan tim penguji.
Contoh kasus yang sering terjadi pada regression testing adalah adanya fitur-fitur lama yang tidak bisa bekerja optimal pada versi aplikasi terbaru, atau performa aplikasi yang justru lambat setelah diupdate. Jika hal ini terjadi, maka Anda perlu mencabut atau mengganti fitur-fitur yang sudah tidak berfungsi atau error tersebut.
Teknik-Teknik pada Black Box Testing
Kemudian, bagaimana cara menjalankan functional, non functional dan regression testing pada aplikasi? Anda tidak perlu cemas, sebab ada sejumlah teknik yang dapat digunakan untuk menjalankan black box testing. Teknik black box testing adalah:
Boundary Value Analysis
Boundary value analysis adalah teknik menguji error pada boundary kerja aplikasi, baik dari sisi luar atau dalam aplikasi. Penguji akan menilai error minimum dan maksimum yang diperoleh pada aplikasi saat dicoba.
Cause Effect
Cause effect adalah teknik menguji yang mengacu pada graphic relasi cause (penyebab) dan effect (error). Dari graphic ini akan tergambar jelas hubungan antara penyebab dan hasil error di aplikasi sehingga lebih mudah untuk diperbaiki.
Equivalence Partitioning
Teknik ketiga adalah equivalence partitioning. Pengujian equivalence partition dilakukan dengan membagi input data yang diterima aplikasi menjadi beberapa input data. Hasilnya, error akan lebih mudah untuk dideteksi.
Orthogonal Array Testing
Selanjutnya ada orthogonal array testing. Teknik orthogonal array testing ini cocok digunakan untuk menguji input domain yang kecil dari segi ukuran tetapi lumayan berat untuk skala besar.
State Transition
State transition adalah pengujian pada tampilan antarmuka (UI) aplikasi, khususnya pada kondisi navigasi sistem UI oleh user. Semua hasil pengujian navigasi UI aplikasi akan dilaporkan dalam bentuk grafik.
All Pair Testing
Teknik all pair testing bertujuan memastikan semua pair (pasangan) test case aplikasi telah didesain sebagaimana mestinya. Dengan demikian, semua kombinasi diskrit pasangan dapat diinput parameternya dengan jelas.
Fuzzing
Metode pengujian black box testing terakhir adalah fuzzing. Fuzzing adalah teknik uji mencari error, bug dan gangguan pada aplikasi. Menjalankan pengujian fuzzing dapat dilakukan dengan memakai injeksi data semi-otomatis.
Kelebihan dan Kekurangan Black Box Testing
Belum afdol rasanya jika kita membahas black box testing tanpa menyinggung kelebihan dan kekurangannya saat menguji software. Kenyataannya, black box testing adalah software buatan manusia yang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Untuk itu, ada baiknya bagi Anda untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari black box testing ini.
Kelebihan black box testing adalah:
- Dapat memberikan hasil yang cepat, terutama dalam mengidentifikasi kekurangan dan error aplikasi bahkan dari awal pengujian.
- Terbukti untuk menguji semua aplikasi, mulai dari yang simpel hingga yang kompleks.
- Anda tidak perlu menyewa jasa tenaga penguji khusus seperti halnya di white box testing. Yang penting penguji bisa memahami sudut pandang kebutuhan user dan menjalankan aplikasi.
- Pengujian bisa dilakukan setelah pembuatan aplikasi selesai, sehingga memudahkan developer dan penguji untuk berfokus menyelesaikan tugas masing-masing.
Sementara kekurangan dari black box testing adalah:
- Masih memiliki potensi ketidaktelitian penguji karena tes dilakukan dalam waktu cepat. pada beberapa kasus, terjadi pelewatan uji input output secara sengaja agar aplikasi bisa lebih cepat dirilis.
- Penguji yang tidak mempunyai background pengetahuan uji tekniks bisa luput menyadari aspek-aspek yang berpotensi error.
Demikianlah pembahasan artikel edisi kali ini tentang pengertian black box testing dan contoh black box testing. Sekarang, sudahkah Anda bisa membedakan kedua metode uji aplikasi white box testing dan black box tesing?
Jadi, black box testing adalah sistem pengujian yang dilakukan oleh seorang tester atau penguji, yang diuji berfokus pada output, tampilan aplikasi dan daya fungsionalitasnya untuk mengetahui bug dan menyesuaikannya dengan standar yang telah ditetapkan. Ingat, black box testing adalah tahap pengujian yang dilakukan setelah white box testing. Jadi, jangan sampai tertukar, ya!
Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai akhir. Pantengin terus Appkey.id ya, karena akan selalu update artikel menarik dan informatif seputar dunia IT. Sampai jumpa lagi!
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.