Last Updated on October 11, 2022 by
Container, istilah umum untuk seorang developer dalam mengembangkan sebuah produk perangkat lunak atau aplikasi. Container menjadi suatu solusi dan digunakan sekarang ini mengingat ketika developer dalam mengembangkan perangkat lunak harus melewati beberapa tahapan, seperti staging, testing, hingga production.
Karena terdapat environment yang berbagai jenis, proses konfigurasi dalam setiap software yang berbeda memberikan hambatan dalam aspek waktu. Waktu yang dikeluarkan menjadi lebih lama dan tidak efektif. Karena itulah hadir istilah container ini yang membantu dalam memberikan efektivitas dan efisiensi mengembangkan perangkat lunak.
Container merupakan sebuah teknologi yang digunakan untuk menciptakan sistem yang terisolasi atau isolated environment. Anggap kita menggambarkannya sebagai wadah atau container yang mana menampung atau mengemas barang, kalau dalam istilah ini container mengemas kode, runtime, libraries, hingga konfigurasi perangkat lunak.
Jadi, meskipun di environment yang berbeda sekalipun, perangkat lunak dapat kompatibel atau berjalan dengan baik. Container yang populer dikenal dengan Docker, suatu platform open source untuk membangun, menguji, dan mendistribusikan aplikasi dalam environment yang terisolasi. Docker lebih dalamnya telah dibahas pada artikel sebelumnya, Anda dapat mengunjunginya untuk lebih lengkapnya.
Ada beberapa keunggulan lain menggunakan container, yaitu:
- Memudahkan dalam meng-update container.
- Scalable yaitu hanya dengan menambahkan lebih banyak container.
- Sistem yang terisolasi, yaitu memungkinkan untuk menjalankan pengembangan, pengujian, dan produksi secara bersamaan di server yang sama.
- Peformanya lebih efisien dibandingkan menggunakan virtual machine.
Berbicara tentang skalabilitas, mengelola Docker dalam jumlah besar menimbulkan tantangan baru, seperti meng-upgrade aplikasi secara efisien tanpa gangguan, me-monitoring dan melakukan restart secara otomatis maka munculah istilah Kubernetes dan Docker Swarm.
Kubernetes adalah sebagai platform yang membantu dalam mengelola container seperti Docker. Kubenertes dan Docker Swarm adalah tools yang sama-sama membantu hal tersebut. Jadi, di bawah ini kita akan membahas kedua hal tersebut, Kubernetes vs Docker Swarm, dan mana yang lebih baik dipilih? Simak artikel ini sampai akhir, ya!
Table of Contents
Docker Swarm
Docker Swarm merupakan platform container orchestration tools untuk Docker yang mampu mengelola cluster dari Docker node dan berinteraksi di dalamnya layaknya single system. Container orchestration yang dimasuk adalah tools untuk mengurus lifecycle dari container–container yang ada.
Docker Swarm mengoptimalkan IT resource dengan menjadwalkan container untuk dijalankan pada host yang tepat, menyeimbangkan workload container, dan memastikan container yang diluncurkan memiliki resource yang cukup, serta Docker Swarm ringan dipakai.
Docker Swarm berfokus pada kemudahan dalam menggunakannya, arsitektur yang tangguh, dan aman. API-nya kompatibel dengan API Docker yang ada. Jadi, tools apapun yang Anda gunakan dengan Docker seperti Docker CLI, Compose, Krane dan lainnya akan berfungsi dengan baik pada Docker Swarm. Namun, kostumisasi dan ekstensi di Docker Swarm terbatas.
Kubernetes
Kubernetes adalah container orchestration selain Docker Swarm yang didesain oleh Google. Bersifat open source, Kubernetes memiliki banyak fitur yang mampu bekerja dengan Docker, seperti otomatisasi dalam melakukan deployment dan replication, load balancing di seluruh cluster dan container, otomatisasi dalam menjadwalkan ulang pada container yang gagal, dan mengekspos resource cluster ke luar sistem.
Meskipun kaya akan fitur, penggunaan Kubernetes lebih sulit dibandingkan menggunakan Docker Swarm bagi pengguna karena memiliki CLI yang berbeda, API dan YAML yang berbeda pula.
Selain itu, dibutuhkan pengetahuan yang lebih dalam untuk menjadi ahli menggunakan Kubernetes. Karena struktur yang cukup kompleks, bagi pemula mungkin akan sulit menggunakannya. Tidak seperti Docker Swarm, Kubernetes lumayan berat untuk dipakai.
Kubernetes memiliki beberapa komponen, antara lain:
1. Cluster
Cluster adalah kelompok yang terdiri dari Virtual Private Server (VPS) agar Kubernetes dapat berjalan. Server yang dibutuhkan ada dua, yaitu master node dan worker node.
Master node, seperti namanya mengatur semua operasi cluster. Ada empat komponen yang digunakan untuk operasi cluster, yaitu:
- kube-apiserver untuk validasi dan konfigurasi object API.
- kube-controller-manager untuk memonitor cluster.
- kube-scheduler untuk menambah object baru ke node.
- etcd sebagai ruang penyimpanan key value data cluster.
Worker node adalah server selain master node atau non master yang digunakan untuk menjalankan komponen, seperti:
- kubelet, memastikan container beroperasi di dalam Pod
- kube-proxy, me-maintenance aturan-aturan jaringan dan meneruskan koneksi ke host.
2. Object
Object yaitu entitas yang menggambarkan suatu kondisi dari cluster. Beberapa object yang terdapat pada cluster, yaitu:
- Pod adalah object terkecil pada node untuk menjalankan Docker image yang membentuk container.
- Service, yaitu object yang mengarahkan traffic ke beberapa Pod dengan IP addres agar Pod dapat diakses dari luar.
- Volume, yaitu object untuk menyimpan data container dan diletaknya di luar container.
- Namespace, yaitu object yang memisahkan resource agar tidak saling mengganggu satu sama lainnya.
Perbandingan Docker Swarm dan Kubernetes
Kita sudah tahu apa itu Docker Swarm dan Kubernetes, selanjutnya Kubernetes vs Docker Swarm, apa saja perbandingannya?
1. Setup dan Instalasi
Kubernetes perlu melakukan lebih banyak kerja dalam menjalankannya karena pengguna akan secara manual dalam mengkonfigurasi sejumlah komponen yang berbeda, seperti Docker engine, etcd, dan flannel.
Proses instalasinya juga berbeda pada setiap OS dan pada berbeda provider juga, tetapi tidak membutuhkan instalasi jika menggunakan layanan cloud. Selain itu, perlu adanya pemahaman dahulu tentang konfigurasi cluster seperti jumlah node, alamat IP, dan peran dari node.
Berbeda dengan Docker Swarm yang lebih mudah digunakan tanpa dibutuhkan proses setup. Tidak perlu merencanakan cluster seperti Kubernetes. Di samping itu, ini menggunakan Docker CLI sehingga dapat membangun container sesuai kebutuhan.
2. Kemudahan Penggunaan
Kubernetes lebih sulit digunakan setelah di-setup. Jika dijalankan di atas Docker, otomatis pengguna harus paham dengan CLI Docker dan CLI Kubernetes.
Sedangkan, pada Docker Swarm lebih gampang digunakan karena Docker Swarm API dapat digunakan seperti menggunakan Docker Compose. Namun, ada beberapa fungsi yang tidak didukung Docker API, jadi akan lebih terbatas.
3. Skalabilitas
Kubernetes menyediakan scaling berdasarkan traffic. Scaling pada Kubernetes yaitu membuat pod baru dan menjadwalkannya ke node dengan resource yang tersedia. Sedangkan, pada Docker Swarm menyediakan autoscaling dengan cepat dan sesuai permintaan.
4. Monitoring
Kubernetes memiliki monitoring bawaan dengan dukungan integrasi monitoring tools pihak ketiga. Berbeda dengan Kubernetes, tidak ada mekanisme monitoring bawaan pada Docker Swarm. Namun, tidak usah khawatir karena Docker Swarm mendukung monitoring melalui aplikasi pihak ketiga.
5. Load balancing
Kubernetes tidak memiliki load balancing secara otomatis. Sedangkan Docker Swarm menyediakannya. Namun, tidak adanya load balancing pada Kubernetes dapat diatasi dengan mengintegrasikannya melalui tools pihak ketiga.
Kubernetes vs Docker Swarm, Pilih yang Mana?
Berdasarkan perbandingan di atas, Kubernetes vs Docker Swarm memilih yang paling baik digunakan tergantung pada kebutuhan dan masalah yang dihadapi. Ada kemungkinan pula perlu menggunakan kedua tools tersebut.
Namun, jika ragu dan baru mulai menggunakannya, Docker Swarm bisa menjadi pilihan karena kemudahannya. Selain itu, Docker Swarm sangat cocok untuk mengelola container dalam skala yang tidak besar dan tidak butuh untuk mengelola workload yang kompleks.
Jika menghadapi pengembangan dengan skala yang lebih besar dan kompleks termasuk dalam monitoring, fitur keamanan, fleksibilitas, Docker Swarm bukan pilihan yang cocok dan pertimbangkanlah untuk menggunakan Kubernetes. Jadi, antara Kubernetes vs Docker Swarm tidak ada yang lebih baik, tetapi tergantung pada kebutuhan.
Itulah perbandingan Kubernetes vs Docker Swarm yang sama-sama memiliki fungsi sebagai container orchestration. Jadi, pertimbangkanlah masalah yang dihadapi lalu pilih container management tools yang sesuai dengan permasalahannya agar lebih efektif dan efisien. Untuk artikel menarik lainnya, kunjungin terus Appkey.id, ya!
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.